Risiko terbesar adalah tidak mengambil risiko apa pun. Ya, di dunia yang berubah sangat cepat ini, satu-satunya strategi yang dijamin gagal adalah tidak mengambil risiko (Mark Zukerberg, pendiri Facebook)
Salah satu hal penting yang kerap membuatmu ragu untuk memulai usaha dengan model D2C atau direct to consumer adalah pertanyaan, “Modalnya dari mana?” Ya, tak bisa dimungkiri bahwa keterbatasan atau bahkan ketiadaan modal menjadi penghambatmu melangkah untuk mulai mengoperasikan bisnis. Atau, bahkan sebaliknya, kamu malah bingung karena tawaran modal usaha ada di mana-mana. Jutaan pertanyaan ada di kepala: jalan mana yang akan kamu pilih untuk mendanai bisnis online yang baru kamu rintis ini?
Modal bisnis D2C ini memang beragam. Kamu bisa cari modal usaha untuk bisnis online yang baru kamu rintis dengan beberapa cara, tetapi secara umum ada dua, yaitu sebagai berikut.
Pertama, modal sendiri atau yang juga disebut dengan istilah boostrapping. Sebagaimana namanya, jenis modal ini berasal dari kantongmu sendiri selaku pemilik usaha. Kamu mungkin akan menjual rumah, mobil, tanah, emas, mengambil tabungan, atau apa pun yang kamu miliki sebagai modal. Tidak ada pihak lain yang ikut andil, sehingga dari sisi kebebasan kamu mungkin bisa lebih leluasa karena tidak ada yang “mengontrolmu” secara tidak langsung. Ya, kamu bertanggung jawab pada dirimu sendiri. Namun dari sisi akselerasi usaha, laju bisnismu mungkin tidak sekencang mereka yang didanai oleh pihak ketiga, terlebih jika modal yang notabene dari uangmu pribadi memang pas-pasan.
Kedua, pendanaan dari pihak eksternal entah itu dari utang bank/lembaga keuangan lainnya atau investor/venture capital. Karena berhubungan dengan pihak lain, kamu tak bisa lagi berbuat seenaknya sendiri. Ada tanggung jawab yang harus kamu berikan kepada mereka yang sudah “menyuntikkan” dana ke usahamu. Tapi dari sisi akselerasi usaha, bisnismu bisa dengan cepat melaju dalam waktu singkat.
Dari dua cara cari modal bisnis online di atas, cara kedua (menggandeng investor/venture capital) rupanya banyak menarik minat tidak hanya dari sisi pemilik usaha tetapi juga dari sisi pemilik dana. Berdasarkan Siaran Pers Nomor 366/HM/KOMINFO/10/2021 sebagaimana yang dilansir juga di website kominfo.go.id, tren pendanaan usaha online memang meningkat secara signifikan, bahkan makin meningkat saat pandemi. Masih menurut sumber yang sama, jumlah pengguna internet yang mencapai 202,6 juta orang per Januari 2021 menjadi salah satu alasannya.
Hal tersebut tentu saja menjadi angin segar buatmu yang saat ini sedang merintis usaha baru dengan model direct to consumer. Kamu tak perlu bingung cari modal usaha bisnis online karena peluang ada di mana-mana.
Namun, tentu saja kamu perlu tahu terlebih dahulu mengapa investor/venture capital tertarik untuk mendanai bisnis D2C? Dengan begitu, kamu jadi tahu dan bisa mempersiapkan diri langkah apa saja yang nanti harus kamu lakukan untuk menarik minat mereka menyuntikkan dana segar ke usahamu.
Sebenarnya, kamu sendiri pastinya sudah tahu alasan mengapa investor mau mendanai bisnismu. Alasan utamanya adalah bagi mereka bisnismu MENGUNTUNGKAN atau POTENSIAL. Logikanya, siapa yang mau mendanai bisnis yang tidak punya masa depan. Iya, kan? Nah, pertanyaan selanjutnya, bisnis yang menguntungkan atau potensial di mata investor/venture capital itu yang seperti apa?
- Bisnismu masih sedikit atau bahkan belum ada pesaingnya
Investor tertarik karena bisnismu dinilai masih belum ada pesaingnya atau kalaupun ada jumlahnya masih sedikit. Ibarat berlayar ke lautan, bisnismu berada di zona laut biru (blue ocean) di mana di sana hanya ada kamu atau beberapa pelaku bisnis saja.
Sebagaimana Mohjo, perusahaan asal Singapura yang memproduksi makanan dan minuman nabati, yang berhasil mendapatkan dana dari beberapa venture capital beberapa waktu silam. Juhi Dang, pemilik bisnis, seperti yang dilansir oleh dailysocial.id mengatakan bahwa ide awal membuat produk susu almond yang merupakan produk pertama perusahaannya adalah dari pengalaman masa kecilnya yang sangat senang minum susu tapi sayangnya dia intoleran laktosa. Ketika pindah ke Singapura, ternyata dia masih belum juga menemukan produk alternatif susu yang sesuai harapan. Yang ada di pasaran hanyalah cairan seperti susu tanpa nutrisi. Padahal, kita sendiri bisa memprediksi bahwa jumlah orang yang intoleran laktosa di dunia ini akan terus meningkat seiring dengan pertambahan populasi manusia. Itu artinya, memiliki produk susu nabati dengan nutrisi seperti susu “sungguhan” dan rasa yang enak sangatlah berprospek. Logis ya alasannya jika investor kemudian tertarik untuk menjadi bagian dari bisnis tersebut.
- Bisnismu menjawab keresahan
Alasan berikutnya yang membuat investor tertarik untuk mendanai model bisnis D2C adalah karena bisnis tersebut menjawab keresahan masyarakat atau bisa mengatasi masalah yang ada.
Masih dengan contoh kasus yang sama seperti sebelumnya, yakni Mohjo, yang notabene tidak hanya menjawab keresahan masyarakat yang intoleran laktosa, tetapi juga mereka yang toleran laktosa tapi ingin hidup lebih sehat dengan menjadikan minuman berbahan nabati sebagai pilihan utama. Kesadaran masyarakat akan kesehatan rupanya makin meningkat sehingga mereka tidak hanya mengutamakan rasa saja dalam memilih apa yang dikonsumsi, tetapi juga kandungan nutrisi.
- Bisnismu long last
Apakah bisnis barumu musiman atau hanya booming di saat tertentu atau sebaliknya long last alias awet? Faktor tersebut juga memengaruhi investor/venture capital. Kira-kira yang mana yang akan dipilih?
- Menawarkan margin yang tinggi
Karena tidak ada perantara/penghubung atau dengan kata lain pemilik bisnis langsung menjalin komunikasi dengan konsumen, itu artinya margin yang ditawarkan oleh bisnis bertipe D2C ini bisa lebih tinggi. Tentu saja, hal tersebut menjadi daya tarik tersendiri bagi investor.
- Meski masih baru, bisnismu profesional
Hal penting lain yang membuat investor tertarik mendanai bisnismu adalah karena meskipun masih baru, bisnismu dinilai profesional. Memiliki manajemen yang bagus, kinerja yang baik, rencana kerja yang matang, pembukuan yang transparan dengan grafik keuntungan yang terus naik atau setidaknya stabil, serta punya “saluran” atau media yang menghubungkanmu dengan pelanggan untuk berkomunikasi langsung seperti website perusahaan adalah beberapa di antaranya. Tidak perlu khawatir bagaimana membuat bisnis barumu terlihat profesional karena LummoSHOP akan membantumu.
Sebagai pemilik bisnis online yang baru berdiri dengan model bisnis D2C (direct to consumer), cari modal usaha untuk mendukung operasional perusahaan sekaligus kemajuan serta kelangsungan hidup bisnismu dalam jangka panjang memang menjadi tantangan tersendiri. Ada beberapa sumber cara cari modal bisnis kamu, salah satunya adalah dengan menggandeng investor atau venture capital. Dengannya, bisnismu akan mengalami akselerasi yang berarti karena dari sisi dana kamu tak perlu pusing memikirkannya lagi. Tapi, tentu saja tidak ada “makan siang gratis” di dunia ini. Bagaimana agar mereka “melirik” bisnismu? Dengan mengetahui daya tarik model bisnis D2C untuk investor, kamu bisa menyiapkan strategi agar mereka memilih perusahaanmu untuk didanai. Semangat mencoba, ya!